Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

MENGGALI CAHAYA DALAM KEGELAPAN

What hurts you, blesses you. Darkness is your candle. -- Jalāl ad-Dīn Mohammad Balkhī bin Hasin al Khattabi al-Bakri -- Dalam perjalanan hidup, seringkali kita menghadapi rasa sakit dan tantangan yang tampaknya tak terelakkan. Namun, Jalāl ad-Dīn Mohammad Balkhī, atau yang lebih dikenal sebagai Rumi, seorang penyair dan sufi Persia abad ke-13, menghadirkan pandangan yang menarik. Dalam kutipannya, "What hurts you, blesses you. Darkness is your candle," ia mengajak kita untuk merenungkan paradoks di balik rasa sakit dan kegelapan. Mari kita jelajahi bagaimana pengalaman yang sulit dapat menjadi peluang untuk transformasi dan pencerahan. Dalam kehidupan ini, kita semua mengalami rasa sakit dan tantangan yang sulit dihindari. Namun, Rumi mengajarkan kepada kita bahwa di balik segala rasa sakit yang kita alami, ada berkah yang tersembunyi. Apakah mungkin rasa sakit bisa membawa kebaikan? Apakah kegelapan benar-benar dapat menjadi sumber cahaya? Inilah yang akan kita eksplora

KEYAKINAN

"Seseorang bertanya kepada seorang teman, 'Bagaimana jika suatu hari aku melanggar kepercayaanmu?' Teman itu menjawab dengan santai, 'Membangun kepercayaan padamu adalah keputusanku, membuktikan bahwa aku salah dalam mempercayaimu adalah keputusanmu'." Dalam interaksi antara dua individu, terdapat tali yang halus namun kuat yang disebut kepercayaan. Kepercayaan adalah pilihan yang diambil dengan penuh keyakinan, saat kita memilih untuk meletakkan hati dan pikiran kita di tangan individu lain. Namun, terkadang kehidupan menguji kekuatan tali kepercayaan ini. Ketika individu yang kita percayai melanggar kepercayaan yang telah kita berikan, siapa yang harus bertanggung jawab? Jawabannya melambangkan esensi dari sebuah dialog yang menarik. Seorang teman dengan bijak menyatakan, "Membangun kepercayaan padamu adalah keputusanku, membuktikan bahwa aku salah dalam mempercayaimu adalah keputusanmu." Dalam ungkapan ini, terangkai kebijaksanaan yang mengungka

NERAKA NYATA YANG SEDANG ANDA ALAMI

Ternyata, kehidupan ini bukanlah sekadar sebuah perjalanan menuju akhirat. Kita terjebak di tengah neraka nyata yang tak henti menghantui kita setiap hari. Dan, percayalah, neraka itu benar-benar ada di sini, di dunia yang kita tempati saat ini. Kita semua menginginkan surga, tempat di mana segala keinginan terpenuhi dengan kemewahan tak terhingga. Kita membayangkan diri kita duduk di singgasana yang mempesona, dikelilingi oleh keindahan dunia yang tak terbatas. Dan ya, pasti terlintas dalam benak kita bahwa dalam surga itu, wanita-wanita jelita akan melayani setiap keinginan kita. Namun, pada kenyataannya, surga seperti itu hanya menjadi khayalan belaka. Kita tenggelam dalam duniawi yang penuh dengan keinginan tanpa batas. Harta tahta yang diidamkan justru mengikat kita dengan ikatan yang tak terlihat. Seperti seorang narapidana yang dipenjarakan oleh ambisi dan harta, kita tak lagi merasakan kebebasan yang sejati. Neraka yang sebenarnya terletak di dalam jiwa kita sendiri. Ia b

CULTURE OF FEAR

Masuki dunia di mana ketakutan bersembunyi di setiap sudut dan mengendalikan tindakan serta pikiran manusia. Inilah cerita tentang Culture of Fear, sebuah realitas yang melingkupi masyarakat kita dan mempengaruhi setiap interaksi sosial yang kita lakukan. Culture of fear atau budaya ketakutan dalam psikologi sosial adalah sebuah konsep yang menggambarkan suasana di mana ketakutan merajalela di tengah masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ini bukan sekadar ketakutan biasa, tetapi suatu kondisi di mana rasa takut tersebut mempengaruhi segala aspek kehidupan dan interaksi sosial. Dalam culture of fear, ketakutan tidak hanya timbul akibat ancaman nyata, tetapi juga karena persepsi dan interpretasi individu terhadap situasi atau peristiwa yang terjadi. Budaya ketakutan ini seringkali dipupuk dan diperkuat melalui media massa, retorika politik, propaganda, atau pengalaman traumatis masa lalu. Psikologi sosial, yang mengkaji interaksi dan pengaruh antara individu dan kelompok sosial