Postingan

Transmutasi Alkimia

Untuk mendapatkan sesuatu, seseorang harus menawarkan sesuatu sebagai balasannya. Apakah anda pernah mendengar ungkapan tersebut? Apakah anda pernah mendengarnya dari seseorang? Apakah anda pernah menjumpai ungkapan tersebut dalam sosmed? Atau bahkan anda pernah mendengar, membaca, melihatnya dalam sebuah serial film? Dalam serial Jujutsu Kaisen, (2024) dijelaskan bahwa untuk memperoleh kekuatan magis atau energi terkutuk, seseorang harus memberikan sesuatu sebagai gantinya. Tetapi, ini bukan sekedar memberi, tetapi juga menerima risiko atau konsekuensi tertentu. Misalnya, dalam serial Jujutsu Kaisen, untuk menggunakan energi terkutuk, pengguna harus bersedia menghadapi risiko atau bahkan membuat pengorbanan tertentu. Ini bisa berupa emosi negatif, seperti rasa takut atau kemarahan yang besar, atau bahkan menghadapi bahaya fisik. Lebih jauh lagi, ada kemungkinan pembatasan pada diri sendiri, seperti batasan waktu atau kemampuan yang berkurang setelah menggunakan kekuatan tersebut. N

Dark Psikologi

kembali lagi dengan saya penulis yang dungu. Bagaimana kabar anda hari ini? Bagaimana kondisi kesehatan mental anda hari ini? Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak anda membahas sesuatu yang agak terkesan dibuat-buat dan sedikit mengarah pada hal yang tabu. Setiap apa yang ada di dunia ini pastilah memiliki unsur-unsur pembentuknya. Pernahkah anda mendengar filsafat aliran dualisme? Apakah anda mengenal siapa itu Rene Descartes ? Apakah anda juga pernah mengenal istilah dualisme interaktif? Atau mungkin pernahkah anda mendengar istilah cogito ergo sum (aku berfikir / meragukan, maka aku ada)? Dalam kaitannya dengan apa yang saya tanyakan diatas, kurang lebih dapat saya uraikan bahwa maksud dari pertanyaan saya adalah dimana anda saya ajak untuk memahami bahwa di dunia yang tidak abadi ini tidak ada yang tunggal. Ketunggalan yang mutlak adalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Dualisme menekankan bahwa setiap apa yang ada di dunia memiliki aspek pembentuk yang mana aspek tersebut ber

Awareness of Transience

Taukah anda tentang f ilsafat kuno yang menekankan kontrol diri, ketahanan, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat diubah ? Ya, itu adalah s toikisme mengajarkan pentingnya hidup sesuai dengan alam, mengendalikan emosi, dan fokus pada apa yang dapat dikendalikan. Tokoh yang paling terkenal dalam memperkenalkan filsafat Stoicism adalah Zeno dari Citium. Zeno adalah seorang filsuf Yunani kuno yang hidup sekitar abad ke-4 hingga ke-3 SM. Dia adalah pendiri sekolah Stoicism dan dianggap sebagai tokoh sentral dalam pengembangan dan penyebaran filsafat ini. Zeno mengajarkan prinsip-prinsip Stoikisme di Athena, yang cakupan utamanya adalah : Kontrol Dirinya (Self-Control) : Stoikisme mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi dan keinginan. Zeno percaya bahwa manusia harus mempraktikkan kendali diri terhadap dorongan-dorongan tidak sehat atau hawa nafsu yang bisa mengganggu ketenangan batin. Ketahanan (Resilience) : Stoikisme menekankan pada kemampuan untuk bertahan dan berad

Keinginan Manusia Untuk Memiliki

Kembali lagi bersama saya, bagaimana kabar anda hari ini? Apakah anda baik – baik saja? Saya harap anda dalam kondisi yang baik – baik saja dan sedang tidak dalam suatu masalah. Mungkin diantara anda ada yang pernah mempertanyakan sesuatu prihal, mengapa dia berusaha mendekati anda? Mengapa dia berusaha agar anda menerima perasaannya? Apakah e ffort yang dilakukannya untuk anda memiliki tujuan meminta imbal balik dari anda? Bukankah dia melakukan semua itu hanya untuk memiliki apa yang ada pada diri anda namun tidak ia miliki? Untuk mengawali narasi pada kesempatan kali ini, saya singgung pernyataan dari seorang filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer , ( 1860 ), relasi bukanlah masalah hubungan timbal balik antara dua manusia. Tapi keinginan untuk memiliki apa yang tidak mereka miliki. Dalam konteks kutipan tersebut, Schopenhauer berbicara tentang sifat manusia dalam hubungan interpersonal. Ia mengungkapkan bahwa relasi antarmanusia sering kali bukanlah tentang hubungan timbal balik ya