Awareness of Transience
Taukah anda tentang filsafat kuno yang menekankan kontrol diri, ketahanan, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat diubah? Ya, itu adalah stoikisme mengajarkan pentingnya hidup sesuai dengan alam, mengendalikan emosi, dan fokus pada apa yang dapat dikendalikan. Tokoh yang paling terkenal dalam memperkenalkan filsafat Stoicism adalah Zeno dari Citium. Zeno adalah seorang filsuf Yunani kuno yang hidup sekitar abad ke-4 hingga ke-3 SM. Dia adalah pendiri sekolah Stoicism dan dianggap sebagai tokoh sentral dalam pengembangan dan penyebaran filsafat ini.
Zeno
mengajarkan prinsip-prinsip Stoikisme di Athena, yang cakupan utamanya adalah :
Kontrol
Dirinya (Self-Control): Stoikisme mengajarkan pentingnya
mengendalikan emosi dan keinginan. Zeno percaya bahwa manusia harus
mempraktikkan kendali diri terhadap dorongan-dorongan tidak sehat atau hawa
nafsu yang bisa mengganggu ketenangan batin.
Ketahanan
(Resilience): Stoikisme menekankan pada kemampuan
untuk bertahan dan beradaptasi dalam menghadapi tantangan dan penderitaan. Zeno
mengajarkan pentingnya mengembangkan ketahanan mental dan emosional dalam
menghadapi kesulitan hidup.
Penerimaan
Terhadap Takdir (Acceptance of Fate): Stoikisme mengajarkan
bahwa kita harus menerima takdir atau nasib dengan lapang dada. Zeno percaya
bahwa banyak hal di dunia ini berada di luar kendali kita, dan yang dapat kita
kontrol adalah reaksi dan sikap kita terhadap situasi tersebut.
Kebijaksanaan
(Wisdom): Zeno mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam
membuat keputusan dan mengarahkan tindakan. Dia percaya bahwa dengan
mempraktikkan kebijaksanaan, seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan kedamaian
batin.
Kesadaran
akan Kehampaan (Awareness of Transience): Stoikisme mengajarkan
bahwa kehidupan adalah sementara dan hal-hal material tidak abadi. Zeno
menekankan pentingnya fokus pada hal-hal yang lebih penting dan abadi, seperti
kebajikan dan moralitas.
Kosmopolitanisme
(Cosmopolitanism): Zeno mengajarkan bahwa semua manusia
adalah bagian dari komunitas yang lebih besar, yaitu alam semesta. Dia
mendorong kesadaran akan keterkaitan dan tanggung jawab kita terhadap
kesejahteraan bersama.
Be happy whit what you have, while working for what
you want (Toji Fushiguro, 2023). Dalam konteksnya fushiguro, (2023) mengatakan "berbahagialah dengan apa yang anda miliki, sambil bekerja untuk apa
yang anda inginkan" dimana anda diberi sebuah isyarat
untuk menghargai apa yang sudah anda miliki. Dimana kita diajarkan bahwa
kebahagiaan sejati berasal dari penerimaan dan penghargaan terhadap apa yang
ada dalam hidup kita, termasuk situasi, kondisi, harta, bahkan pasangan yang
kita miliki saat ini. Sedangkan kalimat kedua dari fushiguro, (2023) mencerminkan
prinsip tentang fokus pada apa yang dapat kita kendalikan yang menekankan pentingnya bekerja keras
dan berusaha untuk mencapai tujuan, tetapi juga menerima bahwa hasil akhir
tidak selalu sepenuhnya dalam kendali kita.
Dari uraian diatas, apakah ada sesuatu yang anda
pikirkan? Apakah anda mulai berfikir bahwa saat ini diri anda termasuk kedalam
golongan orang yang kurang bersyukur? Apakah anda malah berfikir bahwa teori
dari stoikisme tidak relevan atau tidak berhubungan dengan diri anda dan
kehidupan anda?
Memang benar, dalam diri seorang manusia ada sebuah bakat
atau keahlian alami yang ada sejak lahir dan terus mendampingi anda sampai
sekarang, apakah itu? Skill? Kemampuan? Keahlian? Kecenderungan? Bukan semua
itu. Yang saya maksud sebagai bakat alami dari manusia adalah berbuat dosa.
Berbuat dosa tidak harus secara terang-terangan saja, ada perbuatan yang jarang
anda sadari bahkan bisa saya katakan samar atau abstrak. Apa yang anda pikirkan
tentang hal ini? Apakah anda sudah menduganya? Ataukah anda masih bingung?
Langit, semesta. Tuhan Yang Maha Esa, adalah otoritas
mutlak dalam menentukan segalanya. Ketika anda tidak mau menerima, tidak mau
bersyukur dalam menerima keadaan anda yang sekrang, itu sudah termasuk kedalam
bakat atau keahlian anda sebagai manusia yang selalu membuat dosa secara samar.
Apakah anda pernah berfikir jika anda tidak menerima pemberian Tuhan maka anda
akan mendapatkan apa yang anda inginkan? Tidak, itu sama saja dengan menentang
Tuhan itu sendiri.
Ketika anda tidak menerima ketentuan tuhan dan merasa
bahwa Tuhan tidak adil, apa yang terbesit di pikiran anda? Apakah anda mengerti
dengan semua kebutuhan anda? Tuhan itu Maha Asik (Sujiwo Tejo, 2012), dimana
kata mbah tejo, tuhan terkadang mematahkan hati dan perasaan kita untuk
menyelamatkan kita dari orang yang salah. Ungkapan mbah tejo tidak lah salah,
dan ungkapan tersebut mengajarkan pada kita bahwa Tuhan memiliki sebuah rencana
yang sangat indah dibalik setiap apa yang diberikan pada kita.
Saya tidak akan membahas filsafat stoikisme karena itu
saya akui sebagai materi yang sangat berat bagi saya sendiri, yang ingin saya
bahas pada kesempatan kali ini adalah tentang Kesadaran
akan Kehampaan (Awareness of Transience). Dalam konteksnya kita hidup didunia adalah sementara,
apakah anda percaya terhadap kehidupan setelah kematian? Lalu apakah kematian
itu? Dalam aliran stoikisme kita diajarkan bahwa kehidupan adalah
sementara dan hal-hal material tidak abadi. Zeno menekankan pentingnya fokus
pada hal-hal yang lebih penting dan abadi, seperti kebajikan dan moralitas.
Kematian
adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang abadi, apakah anda masih mengingat
kisah adam dan hawa yang diturunkan dari surga? Dalam kisahnya diceritakan
bahwa bumi bukanlah kehidupan yang sebenarnya, melainkan sebuah hukuman yang
dijatuhkan kepada Nabi Adam A.S dan Hawa karena telah melanggar perintah Tuhan.
Lantas jika anda mengetahui kisah tersebut, mengapa anda masih berorientasi
pada meteri dan dunia yang notabennya adalah sebuah hukuman untuk kita? Memang
benar bahwa kita hidup sekarang masihlah membutuhkan semua materi yang tidak
abadi ini untuk menunjang kehidupan kita yang sekarang. Lalu bagaimana
kehidupan kita yang kemudian?
Sampai
sini apakah anda mulai memahami sesuatu? Apakah prinsip dari stoikisme membuat anda bingung? Apakah anda mulai
mempertanyakan banyak hal dalam pikiran anda? Sama saya juga.
Saya umpamakan hubungan anda dengan pasangan anda. Ketika
anda mendapatkan pasangan yang mudah panik, parnoan, dan sejenisnya, juga
sering menanyakan ”apakah kamu sayang aku? Apakah kamu tidak akan
meninggalkanku? Dan sejenisnya”. Apa yang anda lakukan? Saya yakin anda akan
menjawab iya untuk menenangkannya. Lalu pasangan anda akan terjebak dalam
perasaan yang sedang anda buat. Apakah yang mendorong anda untuk menjawab
”iya”? Apakah anda ingin segera menenangkannya? Apakah anda hanya ingin agar
dia segera diam? Apakah anda mengatakan ”iya” tanpa ada perasaan terhadap
pasangan anda?
Bukankah semua itu anda lakukan tanpa ada kata ikhlas?
Apakah anda bertanya ikhlas itu seperti apa? Bisa saya katakan bahwa konsep
ikhlas adalah seperti ketika anda buang air kecil maupun air besar, anda
menginginkan hal itu dan anda mendapatkan kepuasan dari kegiatan tersebut tanpa
ada dorongan sama sekali. Secara teori ikhlas adalah memberi tanpa mengharap
kembali, tapi itu mustahil karena anda hanya seorang manusia yang membutuhkan
sesuatu ketika mengerjakan sesuatu hal. Tidak masalah jika anda masih belum
memahami konsep ikhlas secara teori, tapi mengapa anda tidak mencoba memahami
konsep ikhlas dari contoh yang saya beri tadi? Mungkin anda mampu memahminya
dengan cepat.
Ketika tekanan dan stres anda buat sendiri, anda selalu
melimpahkan hal itu pada orang sekitar anda termasuk pasangan anda. Saya
umpamakan anda selalu mengatan dan berfikir bahwa menjalin hubungan asmara
adalah halangan untuk mencapai tujuan anda. Mangapa anda berfikir demikian?
Padahal diawal hubungan anda menyetujui hubungan asmara tersebut. Bukankah anda
sendiri yang menjadi sumber masalah? Namun jika anda meminta saran pada mantan
dan teman anda, anda hanya akan mendapatkan dukungan saja, tanpa sebuah keterbukaan.
Baik buruknya anda tidak akan pernah mereka pedulikan selagi anda masih bisa
didekati untuk diambil manfaatnya. Sering saya bahas pada kesempatan yang lalu
bahwa setiap manusia yang mendukung pendapat anda hanyalah menginginkan sesuatu
manfaat dari anda, kecuali orang tua dan saudara kandung.
Dalam konteks kebajikan dan moralitas anda belum melakukan hal yang tepat jika demikian,
mengapa? Anda hanya mencari dukungan bukan pola pikir luas untuk menyelesaikan
problem. Dalam keseharian anda anda dengan pasangan hanya anda jalani dengan
mengalir, dimana anda dicintai dan diberi kasih sayang sepenuhnya tanpa
pasangan anda meminta benefit dari anda. Katakanlah begitu, namun anda yang
notabennya tidak ingin ambil pusing hanya memberikan respon dan feedback
sederhana untuk menghargai pasangan anda. Tapi pada titik stres tertentu, anda
akan mulai meninggalkan pasangan anda tanpa rasa bersalah dengan cara
mengkambing hitamkannya agar anda bisa menghindari label buruk di lingkungan
pergaulan anda.
Be happy whit what you have, while working for what
you want (Toji Fushiguro, 2023). Ungkapan tersebut jika anda pahami, maka akan
mengajarkan kita sebuah jalan sebenarnya dalam menikmati kehidupan yang tidak
abadi ini. Bukankah seharusnya
anda berbahagia jika memiliki pasangan dengan cinta dan kasih yang all in
kepada anda? Sisanya ada tinggal mengerjakan apa yang anda cita-citakan.
Bukankah itu mudah jika anda mulai mencobanya sekarang?
Saya ambil contoh, pasangan saya sendiri. Dia adalah
wanita dengan karakter labil yang notabennya usia dia 20th adalah hal yang
wajar dilihat dari riwayat keluarga dan kehidupannya. Dia sering membuat saya
sakit hati dengan semua ucapan dan tindakannya, seperti dia masih sering
membicarakan perasaannya pada mantannya, juga beberapa kesempatan dia keluar
dan bertemu mantannya untuk keperluan organisasi masyarakat dan sosial. Tanpa dia berfikir panjang kali lebar, dia sempat meminta
break sejenak dalam hubungan kami, dengan jangka waktu kurang lebih 3-4
mingguan. Dan kembali menghubungi saya dengan permintaan kembali seperti
hubungan yang dahuli namun tanpa status, apakah anda berfikir itu sehat? Jelas
tidak. Akan tetapi saya adalah pria bodoh yang tidak memperdulikan hal itu,
selagi dia pulang pada saya, saya akan menerimanya kembali sepenuh hati.
Memang terdengar bodoh, tapi itulah konsep yang saya
ingin ajrkan pada anda, dimana ketika anda tersakiti dan tidak diuntungkan,
namun anda tetap bisa menjalankannya dengan bahagia dan dengan tetap
mengerjakan apa yang saya inginkan. Bukankah itu seru, menantikan sebuah
kejadian diaman dia membayar semua yang dia lakukan kepada anda? Di dunia ini
tidak ada yang gratis, semua sudah ditentukan harganya sejak awal penciptaan,
apakah anda pernah memikirkan konsep tersebut? Jangan mengarah pada karma dan
hukum sebab akibat, tapi saya akan mengajak anda mengarah pada konsep
pertukaran setara, dimana jika anda ingin mendapatkan 11 maka anda harus
membayar 11. Tapai apa yang terjadi jika anda memaksa mengambil 12 dan membayar
dengan 10? Bukankah itu namanya hutang?
Dalam konteks ini, saya hanya menekankan jangan pernah
berhutan pada Tuhan dan semesta, karena kontrak hutang piutangnya berbeda
dengan yang biasa anda lakukan dengan manusia. Perhatikan dimana anda
seharusnya berfikir bijaksana dan mempertimbangkan segala potensi problem dalam
mengambil keputusan. Mengapa anda tidak bahagia dengan keputusan anda sendiri?
Saya umpamakan ungkapan pada sebuah buku Fihi Ma Fihi karya Jalaluddin
Rumi yang berbunyi ”Tuhan tidak memisahkan
individu yang memiliki niat yang sama, namun hanya menguji seberapa teguh niat
pasangan tersebut untuk saling mencintai karena tuhannya”. Dalam ungkapan
tersebut, anda yang mengatas namakan takdir dan semesta Tuhan untuk berkata
kita tidak berjodoh. Adalah sebuah tindakan yang tidak pantas anda lakukan,
karena Tuhan tidak akan pernah menyakiti perasaan dan Tuhan tidak akan pernah melukai
makhluknya. Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berani sekali anda mengatas namakan Tuhan untuk melukai
makhluknya? Jadilah makhluk terhormat dengan membawa nama diri anda sendiri
dalam melakukan sebuah dosa yang harus anda tebus pembayarannya suatu saat
nanti.
Dengan
demikian, semoga tulisan ini dapat membuka pintu pikiran dan memicu refleksi
mendalam tentang hidup, makna eksistensi, dan hubungan dengan sesama. Mari kita
terus berjalan dalam perjalanan ini dengan kebijaksanaan, ketahanan, dan
penerimaan, sambil menghargai setiap momen yang diberikan kepada kita. Bersama,
kita dapat mencapai kebahagiaan yang sejati dengan bersyukur atas apa yang kita
miliki, sambil terus bekerja menuju impian dan aspirasi yang lebih besar.
Semoga kita semua dapat menemukan kedamaian batin dan kebijaksanaan dalam
perjalanan kita melalui kehidupan ini. Terima kasih telah mengikuti perjalanan
ini bersama-sama.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan beri pendapat anda pada kolom komentar