KELAHIRAN YANG TIDAK PERNAH KITA INGINKAN

Mari berfikir bersama, melalui kolom komentar.

 Ada banyak penelitian tentang bagaimana kebosanan memengaruhi orang, tetapi sangat sedikit yang ditulis tentang teori di baliknya.

Teori di balik kebosanan adalah perasaan hampa atau kurangnya rangsangan. Tapi itu juga terkait dengan kecemasan dan tekanan sosial. Saat merasa bosan, kita sering mencoba mengalihkan perhatian dengan melakukan aktivitas lain seperti menonton TV atau berselancar di internet. Ini dapat menyebabkan masalah seperti kecemasan dan depresi. Bentuk hiburan lain seperti pergi ke bioskop atau bermain video game juga dapat menimbulkan efek negatif seperti agresi dan kekerasan.

 Penjabaran di atas merupakan pendapat yang dapat saya simpulkan dari beberapa situs web, yang mana hal tersebut kurang lebih menggambarkan apa yang kita alami. Kurangnya sebuah ransangan atau implus external menjadikan kita berusaha mencari sebuah alternatif untuk mendapatkan implus versi kita sendiri. Pada dasarnya kita sekalu makhluk hidup hanya mencari sebuah rangsangan atau implus external versi kita sendiri untuk tetap mempertahankan eksistensi kita di dunia ini. Terutama pada suatu lapisan masyarakat tertentu kita sangat membutuhkan sebuah pengakuan yang merupakan salah satu implus yang kita harapkan, salah satu contoh saat kita berhasil mencapai suatu pencapaian dan mendapat suatu pujian, hal itu membuat kita akan terdorong untuk mencapai capaian yang lain.

Simpelnya seperti yang dibahas pada aliran filsafat eksistensialisme. Eksistensialime berasal dari kata “eksistere”. Eks berarti keluar, sistere berarti ada atau berada. Jadi eksistere berarti sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya atau mampu melampaui dirinya sendiri.

Menurut Kierkegaard, yang sangat penting bagi manusia adalah keadaan dirinya sendiri atau eksistensi sendiri. Dalam keberadaannya tersebut eksistensi manusia bukan statis, melainkan menjadi, yang secara implisit di dalamnya terjadi perubahan dan perpindahan dari kemungkinan pada tingkat kenyataan. 

 Menjadi yang dimaksudkan oleh Kierkegaard disini adalah kita yang berkembang menuju suatu kemungkinan berdasar implus yang kita dapat. Anggap saja kita bekerja setiap harinya, jika implus yang kita terima seperti pada umumnya seorang pekerja kantoran atau pekerja lapangan. Maka sangat minim terjadinya sebuah perubahan dan perpindahan dari kemungkinan pada tingkat kenyataan seperti yang dimaksud oleh Kierkegaard.

Jika kita hanya mendapatkan implus yang statis pada keseharian kita, bukankah itu akan berujung pada suatu kebosanan? Lalu bagaimana anda menghindari implus yang statis dengan sebuah alternatif yang tidak memiliki sebuah dampak negatif terhadap diri anda? Apakah anda akan melakukan hal diluar nalar? 

 Menunjukkan eksistensi kita pada dunia juga masihlah memiliki sebuah batasan, jika anda memang melakukan sebuah tindakan di luar nalar, apakah anda yakin akan mendapatkan implus yang anda inginkan? Ketika anda tidak memiliki sebuah keyakinan akan dampak dari tindakan anda akan menghasilkan implus atau respon yang anda inginkan, apakah anda akan tetap melakukannya?. Sebagaian besar manusia yang masih lah individu yang subjektif akan menghindari hal tersebut, dikarenakan mereka masih memiliki rasa takut.

 Didalam menjalani kesehariannya, manusia selalu berdampingan dengan rasa takut. Takut akan kegagalan, takut akan respon negatif dari individu lain, sehingga menjadikan manusia pada umumnya bertindak statis. Yang mana hal itu melahirkan rasa bosan yang akan berujung sebuah penyesalan. Kelahiran dari rasa bosan tidaklah bisa kita hindari pertumbuhannya, bahkan kita pangkas pun akan mustahil. Karena akan tumbuh cabang yang lain, dimana cabang tersebut akan terus tumbuh selagi keseharian kita sebagai manusia atau individu yang statis dan mengharap respon atau implus external yang sesusia dengan keinginan kita masih berlanjut.

 Jika kita telah melakukan berbagai kegiatan dan berusaha menikmati keseharian kita dengan mengikuti berbagai organisasi, juga berbagai kegiatan di luar kebiasaan kita, baik berhubungan dengan kegiatan utama kita maupun tidak. Dan pertumbuhan rasa bosan masih tidak dapat dicegah, maka lakukan "BONSAI" pada rasa bosan anda, bagaimana caranya? dengan melakukan beberapa tindakan yang melawan aturan. Dengan sebuah syarat dimana lakukan pemilahan pada peraturan atau batasan yang akan anda langgar. Langgar peraturan atau batasan yang memang memiliki sifat merugikan secara masal, bersifat merugikannya suatu peraturan yang dimaksud adalah merugikan secara objektif bukan hanya merugikan secara subjektif saja.

 Pembonsaian tersebut harus anda lakukan dengan pertimbangan yang matang, pikirkan respon juga feed back dari individu lain. Lakukan pembonsaian dengan perlahan dan bertahap untuk menghindari dampak negatif yang anda peroleh.

"Nopperabo"

Berikan komentar anda untuk berbagi pendapat, apakah yang saya pikirkan adalah benar atau malah menuju sebuah kesalah dalam berfikir.

 

Komentar

  1. Padahal kebosanan itu sendiri tidak pernah kita inginkan, tapi kita juga harus menepis kebosanan dengan mencari pengakuan orang lain agar mendapatkan kepuasan dari kehidupan yang kita alamin. Tapi kepuasan apa yang sebenarnya kita inginkan? bukankan manusia tidak pernah puas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebanyakan individu akan mencari kepuasan menurut idealis mereka, jika 1 telah terpuaskan maka manusia akan mencari hal lain dan akan terus berlanjut. Mengapa kita tidak menghentikan idealisme kita akan suatu pencapain tersebut, untuk menghindari rasa bosan yang muncul akibat kehidupan kita yang statis? Bagaimana menurut anda?

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan beri pendapat anda pada kolom komentar

Postingan populer dari blog ini

Seven Deadly Sins

Hujan

Pembantu?