Tamak (Greed)
Halo . . .
Kembali lagi dengan saya, bagaimana kabar anda hari ini
ketika membaca atau hanya sekedar mampir di forum saya? Apakah keinginan anda
hari ini telah terpenuhi? Bagaimana dengan keinginan yang lain? Apakah anda
sudah memikirkan cara untuk mememnuhinya? Apakah pertanyaan saya terlalu berat
bagi anda saat ini?
Maaf . . .
Saya sebenarnya hanya ingin bertanya, apakah anda
memiliki sebuah keinginan? Keinginan yang belum pernah anda dapatkan? Pernahkah
anda berfikir bahwa teman atau pasangan anda terkesan pelit kepada anda? Atau
apakah anda pernah memberi label sombong pada seseorang?
Baik, saya tidak akan bertanya lagi. Terkadang individu
memberikan label atau mengatai seseorang dengan pelit, sombong, dan istilah –
istilah sejenisnya, hanya untuk memuaskan atau hanya sekedar mengalihkan rasa
inginnya, lebih simpelnya individu tersebut memberikan sebuah label pada
individu lain hanya untuk memenuhi keinginnya untuk diberi / diakui / dihargai
/ lain sejenisnya.
Saya ambil contoh, anda mengatakan teman atau pasangan
anda pelit kepada anda, tapi apakah anda pernah berkata demikian kepada orang
yang sama sekali belum anda kenal / anda temui sebelumnya? Jelas tidak, karena
anda tidak pernah mengenal individu tersebut seperti anda mengenal pasangan
atau teman anda. Apakah saya salah? Silahkan benarkan pendapat saya dengan
berkomentar pada kolom komentar.
Saya lanjut, apakah anda pernah tidak disapa oleh teman
anda yang lewat atau bertemu dengan anda disuatu tempat? Dan anda secara tidak
langsung akan berfikir bahwa dia sombong? Tapi ketika anda tidak disapa oleh
individu yang tidak anda kenal lewat atau bertemu disuatu tempat, apakah anda
juga akan berfikir demikian? Jelas tidak, karena individu tersebut tidak pernah
andakenal atau hanya sekedar orang asing. Semua perumpamaan diatas hanya sebuah
contoh untuk mengajak anda berfikir sedikit skiptis kepada diri anda sendiri.
Sebenarnya yang pelit dan sombong itu mereka atau anda
sendiri yang menginginkan individu tersebut memenuhi keinginan anda?
Ada sebuah ungkapan dari ulama’ besar islam, beliau
adalah K.H.
Ahmad Bah’auddin
Nursalim yang menyampaikan bahwa ”Kamu yang punya
keinginan saja tidak bisa memenuhinya, lantas mengapa kamu meminta orang lain
untuk memenuhinya?”
Dari ungkapan beliau tersebut 12,9% muncul pertanyaan
dipikiran anda, berarti selama ini ketika memberi label pada individu lain
adalah tidak terpenuhinya keinginan kita? Atau apakah selama ini saya meminta
pada orang tua itu juga bentuk dari ketidak mampuan dalam memenuhi keinginan?
Atau ketika kita mengatai teman atau pasangan kita dengan istilah negatif
lainnya adalah bentuk tidak terwujudnya keinginan kita? Atau bahkan ketika kita
tersinggung,
marah, kesal, atau ngambek pada
pasangan atau teman atau orang yang kita kenal merupakan ketidak puasan dari
pelayanan yang mereka beri pada kit?
Bagaimana? Apakah anda mulai bingung? Jika anda bingung anda mulai berkembang dan itu sangat
baik.
Saya beri gambaran simpel, ketika anda meminta pasangan
anda mencintai anda secara all in, tapi sedangkan anda yang tidak akan lepas
dari melirik individu lain yang anda temui secra random di sosmet atau secara
real time. Apakah itu adil? Jelas tidak, jika anda ingin dicintai secara all
in, anda juga harus bertindak all in juga atau sepenuhnya mencintai pasangan
anda.
Contoh lain, ada seorang siswa yang meminta kepada gurunya
untuk memintarkan dia karena dia merasa bodoh. Itu sudah jelas bahwa siswa
menginginkan cerdas tapi tidak bisa ia penuhi, sehingga melimpahkan keinginan
itu kepada gurunya. Apakah itu adil? 50% adil karena guru notabennya adalah
tenaga pengajar, tapi 50% tidak adil karena siswa setelah diberi sebuah
pembelajaran kebanyakan melupakan itu.
Lalu, dalam hal ini siapa yang salah? Diri anda, pola
pikir anda, atau orang lain yang tidak bisa memenuhi keinginan anda?
Saya tanya kepada anda, apakah di dunia ini ada yang
menjadi milik anda? Apakah bisa anda mengontrol hal yang anda rasa milik anda?
Saya beri jalan untuk berfikir prihal pertanyaan tadi,
milik anda adalah hal atau sesuatu yang bisa anda kontrol sesuka hati anda
untuk memenuhi atau mencapai keinginan yang diinginkan ego atau diri anda.
Simpelnya ketika anda punya laptop, anda bisa mematikan atau menghidupkannya
sesuai dengan kebutuhan anda. Anda bisa mengontrol hal tersebut bukan?
Lalu, jika saya ibaratkan sebuah kejadian ketika roda
mobil atau motor anda bocor secara tiba – tiba di tengah perjalanan? Apakah
anda bisa mengontrol secara penuh ketahanan roda mobil atau motor anda?
Ketika nada mengenal individu tersebut, anda akan memberi
label negatif saat individu tersebut tidak sesuai dengan keinginan anda. Saya
ibaratkan pasangan, ketika pasangan anda tidak sesuai dengan keinginan anda
apakah anda akan baik – baik saja dengan hal itu? Jelas tidak, bagaimana jika
itu dilakukan oleh orang asing atau orang yang tidak anda kenal? Apakah anda
akan tetap berfikir seperti itu? Sejak kapan anda mengakusisi kepemilikan
tuhan?
Segala hal dan segala sesuatu di dunia yang sedang anda
tinggali adalah mutlak milik tuhan, lalu apa yang membuat anda merasa memiliki
pasangan anda atau hal lain sejenis itu?
Anda bersedih ketika ditinggal pergi pasangan, anda
menangis atau merasa marah karena kehilangan dompet atau barang berharga, apakah
kondisi tersebut milik anda? Jika anda tidak bisa mengontrol kondisi tersebut
secara penuh, lantas mengapa anda bersedih atau marah? Atau melakukan hal
sejenis peresaan tersebut ketika kondisi anda tidak seperti yang anda harapkan?
Semua itu sudah dikontrol oleh tuhan, anda hanya bisa
memilih, disediakan sebuah pilihan dan anda harus memulai untuk memilih,
terlepas itu pilahan buruk atau baik. Anda yang bisa menentukan dan memiliki
pilihan itu sepenuhnya.
Anda lebih sering merasa depresi katakanlah begitu,
mengapa bisa demikian? Apa yang sebenarnya anda inginkan? Apa yang sebenarnya
mendorong anda untuk depresi jika semua kondisi yang anda alami bukan milik
anda untuk mengontrol secara penuh? Lalu apa yang membuat anda menyalahkan
kondisi atau keadaan?
Topik bahasan kali ini adalah tamak, salah satu dari 7
dosa besar dalam diri manusia. Sering disamakan dengan rakus, saya beri
penjelasan sederhana :
Tamak
merujuk pada keinginan yang berlebihan untuk memiliki lebih banyak atau
memperoleh keuntungan materi yang lebih besar. Sifat
tamak dapat terkait dengan keinginan untuk kekayaan, kekuasaan, atau keuntungan
pribadi lainnya. Dalam
beberapa konteks, tamak dapat memiliki konotasi yang lebih luas, termasuk
keinginan untuk pengetahuan, pengalaman, atau prestise sosial, bukan hanya
terbatas pada kekayaan materi.
Sedangkan
Rakus merujuk pada keinginan yang berlebihan dan serakah untuk makan atau
menikmati sesuatu, terutama dalam hal jumlah atau intensitas. Sifat rakus
sering terlihat dalam hubungan dengan makanan atau konsumsi, tetapi dapat
merujuk pada keinginan yang tidak terkendali dalam berbagai konteks. Rakus seringkali memiliki konotasi yang
lebih spesifik terkait dengan hasrat untuk menikmati atau memiliki lebih banyak
dari sesuatu, terutama dalam konteks kesenangan atau konsumsi.
Dengan
demikian, meskipun tamak dan rakus memiliki kesamaan dalam menggambarkan sifat
serakah, tamak dapat lebih umum merujuk pada keinginan untuk memperoleh lebih
banyak dalam berbagai aspek kehidupan, sedangkan rakus cenderung lebih fokus
pada keinginan untuk menikmati atau memiliki lebih banyak dari sesuatu,
terutama dalam konteks konsumsi.
Apakah anda paham? Apakah anda mulai bisa menangkap
maksud saya?
Kita ambil contoh, misalkan seseorang bekerja
di perusahaan dan sudah memiliki gaji yang besar. Namun, karena sifat tamaknya,
dia terus-menerus meminta kenaikan gaji setiap bulan, meskipun kinerjanya tidak
selalu mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan. Sifat tamaknya terlihat
dari keinginannya yang berlebihan untuk mendapatkan lebih banyak uang, meskipun
kebutuhannya sebenarnya sudah tercukupi.
Sedangkan
untuk rakus kita ambil contoh seorang manajer proyek di sebuah perusahaan IT
telah menunjukkan kinerja yang baik dan mendapat penghargaan. Meskipun
demikian, dia terus-menerus mengejar proyek-proyek baru dan menuntut lebih
banyak tanggung jawab tanpa memperhatikan beban kerja yang sudah ada di timnya.
Manajer ini tampaknya lebih peduli tentang meningkatkan reputasinya sendiri dan
mendapatkan bonus besar daripada memastikan keseimbangan kerja yang sehat di
timnya.
Dari
contoh yang saya uraikan, yang harus anda pikirkan adalah, mengapa anda merasa
memiliki sesuatu hal yang notabennya tidak bisa anda kontrol sepenuhnya. Dan
satu lagi, keinginan ada hanya untuk anda penuhi sendiri, jika adanya kenginan
yang berasal dari diri anda, atau suatu kebutuhan yang muncul dari ego anda
sendiri jangan dilempar pada orang lain. Anda saja tidak mampu memenuhi keinginan tersebut, apalagi orang lain? Be Honorabel!
Pikirkan lagi . . .
Dan silahkan berkomentar di kolom komentar . . .
Komentar
Posting Komentar
Silahkan beri pendapat anda pada kolom komentar